SLIDE1

CO-BRANDING




CO-BRANDING
Dalam strategi co-branding, dua merek melakukan aliansi, misalnya, dengan melansir produk baru dengan menggabungkan dua merek (seperti Sonny-Erricson, Philips-Alessi). Dalam kasus ini ada merek utama (header) dan merek penguat (modifier). Kategori produk dari produk co-brandinglah yang menentukan merek mana yang berfungsi sebagai header brand. Karena produk Philips-Alessi termasuk kategori peralatan (elektrik) rumah tangga, maka kaitannya lebih ke produk yang dihasilkan Philips (Alessi sendiri memproduksi asesoris dan peralatan nonelektrik). Jadi, Philips bisa dianggap sebagai header brand.
Co-branding adalah aliansi antara dua merek yang sengaja dibuat jelas di mata konsumen. Fokus co-branding adalah sinergi yang saling menguntungkan, baik kognitif, emosional maupun perilaku. Co-branding mengacu pada proses bersama dalam pembangunan merek Co-branding mengambil tiga bentuk yang berlainan:
1.     Pada tataran produk: suatu produk baru lahir bersumberkan dari dua produk (seperti Häagen-Dazs dengan Baileys, Sonny-Ericson, dan Philips-Alessi). Karena fokus co-branding lebih pada mutual advantages, merchandise tidak kita anggap sebagai satu bentuk co-branding. Ingat tujuan produk merchandise hanyalah memberi stimulasi pada penjualan produk lainnya! produk co-brand itu sendiri juga harus mampu meraup manfaat dari strategi ini. Kasus Philips-Alessi bisa menggambarkan hal ini. Ada 5 peralatan dapur yang dilansir dengan nama Philips-Alessi: mesin kopi, alat pemanggang, ketel listrik, pemeras jeruk dan blender. Untuk produk-produk ini merek Philips berfungsi sebagai jaminan mutu produk yang tinggi (sifatnya teknis), sementara Alessi mampu menambah nilai yang mengacu segala sesuatu yang terkait dengan desain Italia.
Berdasarkan kriteria tersebut, co-branding pada tataran produk didefinisikan sebagai berikut:
Co-branding adalah peluncuran produk baru dengan 2 nama merek: (1) milik dua perusahaan atau unit usaha yang berbeda, (2) yang dipakai secara independen di antara keduanya dan (3) yang saling menguntungkan dan memberi kontribusi bagi nilai tambah produk gabungan.
2.     Pada tataran distribusi: satu produk (secara temporer) dijual berkombinasi dengan produk lainnya atau masing-masing perusahaan saling mendistribusikan produk partnernya di pasar di mana mereka telah teruji menguasai jaringan distribusi. Ada dua bentuk co-branding pada tataran distribusi: (1) produk dijual secara gabungan dengan produk lain, dan (2) kedua perusahaan saling mendistribusikan produk partnernya di pasar di mana mereka telah memiliki jaringan distribusi yang kuat. Yang pertama biasanya dilakukan untuk dua produk berbeda (namun, umumnya terbatas pada ‘in-atau on-pack premium’). Bentuk co-branding ini bisa menjadi pilihan dalam rangka pengembangan merek rute anggaran rendah. (Lantaran dengan cara ini, produk baru bisa ‘menumpang’ penjualan produk yang sudah mapan). Distribusi produk dan perusahaan lain umumnya hanya terjadi bagi produk-produk yang tidak saling bersaing.
3.     Pada tataran komunikasi: satu produk dipuji dan direkomendasikan dalam komunikasi pemasaran merek lain. Co-branding pada tataran komunikasi disarankan hanya bila nilai tambah dua merek tersebut berbeda. Bentuk co-branding ini cukup bermanfaat bila merek yang akan dikembangkan tak cukup mampu membangkitkan persepsi kualitas. Jenis co-branding ini akan menguntungkan bagi merek yang membutuhkan quality perception boost.

CO-BRANDING dan TEMBOK TEBAL dalam KEPEMIMPINAN
Tapi lebih dari hal diatas sebenarnya ada banyak bidang yang bisa memanfaatkan Co-Branding, dalam melahirkan pemimpin baru baik didalam ranah politik, bisnis atau apapun juga, sering co-branding dipakai untuk maksud meneruskan kepemimpinan yang ada.
Misalkan ada seorang anak muda yang mulai masuk dalam satu bisnis tertentu,  bila hal itu dijalaninya sendiri tentunya  tidaklah mudah, saya meminjam istilah kawan baik saya, dia katakan,”Sepertinya ada tembok tebal yang harus dia hancurkan” Sebenarnya kita tidak perlu menghancurkan tembok tebal tersebut, kalau saja kita “menggandeng” orang yang sudah menghancurkan tembok tebal didalam bidang tersebut.
Mengapa ada “tembok tebal” bagi setiap orang yang masuk dalam satu bidang baru, seperti yang saya sebut, bidang politik, bisnis atau apapun juga. Alasannya karena memang benar ada tembok yang sangat tebal, yang ada didalam pikiran setiap orang, juga didalam pikiran orang yang menjadi calon pelanggan atau pengguna jasa kita. Sayangnya untuk menjebol tembok itu tidaklah mudah. Karena saat ini kita sedang hidup didalam masyarakat yang dijuluki “low trust society” dimana tingkat kepercayaan yang satu dengan yang lainnya sangat rendah, maka tembok tersebut bisa makin tebal dan makin sulit.
Ambil sebuah contoh, misalkan anda biasa potong rambut pada seorang ahli Pemotong Rambut yang sudah dipercaya bertahun-tahun untuk mengolah rambut anda. Tentunya kepercayaan ini sudah berjalan lama sekali, dan reputasi si Pemotong Rambut-pun sudah anda pahami dan yakini dengan teguh. Pada suatu hari ketika anda sedang dipotong rambutnya oleh si Pemotong Rambut, anda diperkenalkan kepada seseorang yang dikatakan sebagai asistennya, dan diembel-embeli, si Asisten ini juga ahli potong rambut, sekalipun masih muda, tapi dia juga sangat ahli. Walaupun anda tidak percaya atau masih belum yakin, tapi karena yang mengatakan ini adalah orang “kepercayaan” anda, maka ada sedikit benih “percaya” dalam hati anda.
Beberapa waktu kemudian, si Pemotong Rambut, mulai cerita, bagaimana hebatnya si Asisten, walau belum sepenuhnya yakin, tapi heran “benih percaya” makin banyak. Percayalah hanya butuh waktu sampai akhirnya anda akan menyerahkan “kepala” anda untuk diolah oleh si Asisten. Itulah Co-Branding atau dalam keseharian disebut sebagai Mentoring, bentuk lain co-branding dalam kepemimpinan.
Hal inilah yang sebenarnya dapat digunakan agar para “pemula” dapat melakukan penetrasi lebih dalam ke dalam pikiran setiap calon pelanggan kita.
Hal ini biasanya juga sudah banyak dilakukan dalam bisnis Perbankan, Kesehatan, Konsultan, Pengacara, Arsitek, Kontraktor dan usaha jasa lainnya yang sejenis.